Selasa, 13 November 2007

Ngirit Tapi Boros

Pengiritan, sepertinya identik dengan pengeluaran sejumlah uang (kebutuhan konsumtive). Tapi, kita juga seharusnya mempertimbangkan faktor yang mengikutinya. Ehmmm, seperti waktu dan tenaga. Ngirit tapi boros. Niat mau mengirit biaya tapi kurang efektive waktu dan tenaga.
Penggabungan manajemen biaya, waktu, dan tenaga. Pengalaman penggabungan ketiga manajemen yang kurang terasah. Ini terjadi pada jumat, 9/11/07 kemarin. Niat berangkat ke Jogya ngirit biaya transportasi malah keplanggrang (kehilangan banyak waktu-bhs jawa). Berdua, berangkat dengan teman dari kudus, jumat jam 6 pagi memilih opearan bis kesemarang. Sesampainya di terminal Terboyo Semarang, jam 8. Kemudian, kita memilih langsung naik bis ekonomi Jogya tanpa AC tanpa berfikir panjang. Sebelumnya, kakak saya menyarankan untuk meilih patas. Karena pertimbangan pengiritan, saya mengabaikan saran dengan pertimbangan pengiritan 50%.
Perjalanan awalnya menyenangkan, menikmati pemandangan sambil ngobrol. Ditengah perjalanan tepatnya di Magelang, ada kecelakaan beruntun. Terpaksa bus kita diajak tur pedesaan. Otomatis, perjalanan kita memakan waktu lebih lama. Permasalahannya, kita kehilangan waktu dua kali lipatnya dan kelelahan akibat dehidrasi. Perjalanan Kudus-Jogya biasanya cuma 5 jam, memakan waktu sampai 7 jam.
Perjalanan yang melelahkan tapi merupakan pengalaman berharga. Kita seharusnya mempertimbangkan faktor selain finasial saja dalam menempuh perjalanan jauh. Lebih baik mengeluarkan biaya finansial yang agak besar untuk pengiritan waktu dan tenaga.
Ngirit tapi boros. Perjalanan yang memakan waktu lebih lama membuat kita dehidrasi dan kelelahan. Tidak hanya itu saja, kita kehilangan waktu dua kali lipat diperjalanan yang seharusnya bisa kita manfaatkan. Sebaiknya kita mempertimbangkan faktor lain selain finansial dalam menempuh perjalan jauh. Kita bisa mengirit tanpa pemborosan. Bukan ngirit tapi boros

Tidak ada komentar: