Senin, 03 September 2007

Potret Pendidikan di Indonesia

Pendidikan merupakan tolak ukur kemapanan seseorang. Selama ini pendidikan sistem konvensional merupakan pendidikan pilihan yang laris manis bagaikan pisang goreng. Mulai dari buruh pabrik sampai pejabat di negeri ini mengirimkan anak mereka kesekolah dengan dalih meraih masa depan. Namun, pertentangan pemberlakuan sistem pendidikan yang berubah-ubah menyeret pertentangan hebat dikalangan masyarakat. Mulai dari kurikulum yang berubah setiap 4 tahun sekali sampai pro-kontra UAN (Ujian Akhir Nasional). Pertentangan tersebut memunculkan fenomena pemilihan pendidikan alternatif.
Masyarakat menanggapi carut marutnya pendidikan dengan berbagai macam cara. Munculnya sekolah unggulan berbasis kebebasan berfikir sampai homeschooling. Kita disibukkan berita di media massa dengan berita mengenai profil sekolah alternatif unggulan seperti, SMA Muthohari Bandung, Sekolah Qoryah Thoyyibah, Sekolah Alam, Akselerasi, sampai SBI (Sekolah Berstandar Internasional). Tak kalah hebohnya para Psikolog dan praktisi pendidikan sampai kalangan selebritis mempromosikan homeschooling. Fenomena homeschooling melirik banyak orang untuk mengenalnya bahkan mengujicoba program tersebut.
Homeschooling yang berkembang di Indonesia sekarang hampir mengarah marketisasi pendidikan. Bayangkan saja Homeschooling setingkat Sekolah Menengah Atas hampir menelan biaya 10-20 juta perbulannya. Kemerdekaan berfikir akankah dibayar mahal semahal itu.

Tidak ada komentar: